Senin, 10 September 2018

Memilah ahli Agama dan Politisi.




Apakah yang anda ketahui tentang Ahli Agama? Apakah tujuan dan kedudukan dari seorang ahli agama (ulama) itu sebenarnya. Apakah patut seorang ulama itu menjadi berdampingan atau jadi Ban Serep-nya Umara (penguasa). Seorang Alim-ulama atau intelektual ahli agama yang loyal itu bukan pada pemerintah, tapi kepada umat-nya atau bangsanya. Ia berperan sebagai guru yang mencerdaskan umat agar manusia mencapai drajat kesempurnaannya sebagai khalifah Tuhan dimuka bumi (bangsa). Dengan begitu, peran ulama mengajak umat atau masyarakat untuk beramar ma'ruf dan meninggalkan kemungkaran untuk menjaga reformasi di bumi atau sebuah bangsa agar bisa tetap terjaga keutuhannya.

"Janganlah membuat kerusakan di muka bumi sesudah direformasi (diperbaiki). Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan rindu; rahmat Allah selalu dekat kepada orang yang berbuat baik." (Quran. Al-Aref: 56).

Maka tujuan ulama itu ialah menjadi petunjuk dan penerang bagi umat dari kegelapan yang merusak. Jadi bisa dikatakan bahwa tujuan seorang kiai (alim-ulama atau mubaliagh) itu ialah menyebarkan ilmu-ilmu agama dan sebagai tempat meminta fatwa. Agar masyarakat dan para politisi menjadi cerdas dan tidak sesat. Dengan begitu maka masyarakat dan politisi akan tetap punya sandaran akal sehat dari para ulama untuk menjaga reformasi dengan kritisisme. Dengan kata lain, setiap Alim-ulama harusnya cuma berpihak pada akal sehat (netral). Karena itu ia melakukan analisa dan kritik. Bukan malah menjadi Ban Serep penguasa. Bahkan jika akal politik buntu. Maka mereka bisa langsung meminta saran dari alim-ulama, minta saran dari dari akal sehat mereka. Tapi jika Alim-ulama itu berada pada lingkaran penguasa, maka bukannya solusi yang keluar dari mulut mereka tapi manuver kubu politik.

Maka berangkat dari logika sederhana itulah, kita melihat kesaling-terkaitan yang sejalan namun tidak beriringan antara agama dan politik. Memang ada ungkapan bahwa, Agama tanpa politik, berarti agama itu tak sempurna, karena ia tidak memiliki aturan (sistem) politik. Dan politik tanpa agama pasti menjadi Garang. Perkataan itu memang benar, namun kurang menyeluruh. Sebab, biarbagaimanapun juga, tujuan dari dakwa para ulama adalah menunjukkan kebenaran. Sedangkan tujuan dari politik ialah merebut kekuasaan.

Adalah tidak bisa memungkiri, bahwa fungsi Alim-ulama ialah menjadi petunjuk atau menunjukkan kebijakan (langkah) yang salah. Sedangkan fungsi penguasa adalah memperbaiki kesalahan. Jadi, kebijakan pilitik harus singkron dengan nilai-nilai Agama, bukan malah sebaliknya.

Sesungguhnya, dalam agama Islam, dengan segala kesempurnaannya dalam mengatur segala macam prilaku manusia: dari bangun tidur hingga tidur lagi; dari adab masuk toilet hingga masuk rumah orang; semua telah diatur dengan sangat indah dalam islam. Begitu juga, soal utang-piutang pun ada aturannya dengan ketat, misalnya tidak boleh dengan jalan Riba. Akan tetapi, langkah kebijakan politik sekarang ini, justru utang luar-negerinya semakin membengkak. Bahkan, utang itu sangat jelas mencolok mata sistem Riba-nya.

Maka sangatlah Lucu! Apabila ada seorang ahli Agama bersedia dicalonkan sebagai Wakil presiden hanya demi untuk meraih suara dalam pemilu atau untuk mendongkrak Elekstabilitas yang sudah mangkrak akibat kinerjanya yang sebelumnya gagal, supaya memungkinkannya untuk tetap melanggengkan kekuasaan yang hutang asingnya sudah super ugal-ugalan ini dan sangat ribawi serta menabrak nilai-nilai teistik (religiusitas) yang jadi sila pertama dasar Republik indonesia yang berketuhanan yang maha esa ini.

Sebenarnya, seorang Dai maupun mubaliagh itu hanya prestise yang diberikan, bukan prestasi yang dimenangkan. Tapi prestise sewaktu-waktu bisa di cabut lagi oleh yang memberi. Misalkan saja, kita sering mendengar istilah, seorang mantan penjahat, menjadi ulama, atau sebaliknya, seorang ulama menjadi mantan ulama.

Pernah diceritakan bahwa ada seorang penjahat yang membunuh genap 100 orang, dan salah satu korbannya adalah seorang mubaliahg dari agama tertentu, lalu dia mendapat hidayah, sehingga ia bertaubat, lalu ja meninggalkan segala prestise-nya sebagai penjahat, dan berhijrah kejalan yang lurus, dan meninggal dalam perjalanan sebelum ia sampai pada tujuannya, yang sudah dekat. Maka ia dinilai oleh Tuhan-Nya sebagai orang yang berprestasi dan boleh masuk surga.

Dan ada pula kisah seorang perempuan pelacur, yang memberi minum seekor anjing yang hampir mati karena kehausan, lalu Tuhan yang maha kasih meridhai perbuatannya itu, ia (pelacur tersebut) di ampuni dosa-dosanya, maka dia sebagai mantan pelacur yang masuk surga. Di samping itu semua, kita juga pernah mendengarkan kisah seorang yang sejak mudanya adalah ahli ibadah selevel wali, namun ia menjadi bulan-bulanan malaikat di neraka, sebagai mantan Ahli ibadah, sebabnya, dia tak menjawab panggilan ibunya, suatu dia sedang beribadah. Kita pun pernah melihat berita KPK menangkap seorang ulama Ahli tafsir Quran mengkorupsi Quran.

Jadi, kita harus tetap kritis kepada semua calon peminpin (capres-cawapres) kita. Meski pun ia adalah mantan ulama (guru kita). Maka jangan sungkan untuk menguji mereka. Ujilah mereka setajam-tajamnya, jangan takut kualat untuk mengkritik argument-argumentnya dengan argument yang lebih bermutu, tapi jangan dengan sentiment. Jadi, janganlah kita mudah tertipu dengan penampilan. Sebab, Wajah Etis bukan Wajah Sopan, melainkan dapat dipercaya. Sedangkan orang yang tidak dapat di percaya atau munafik itu memiliki sifat dan juga syiasat Busuk. Ciri-ciri yang melekat pada mereka ialah, beda dimulut lain dihati. Biasanya, bila berjanji selalu tak ditepati. Tapi besoknya sudah berani "janji, janji, janji" lagi. Dan bila diberi amanah selalu dia ingkari.

Maka ujilah terus Visi-misinya, tapi jangan pribadinya. Terus pelototi isi-nya, jangan ketipu dengan kemasannya. Dengan begitu, akan jadi percuma baginya untuk gonta-ganti kemasan. Karena kemasan itu untuk menyampaikan isi. Maka ujilah terus hingga kemasan itu terbuka isi-nya.

Kemasan itu ibarat sebuah topeng: Topeng tetaplah sebuah topeng. Meski pun yang kenakan topeng itu bisa berlagak seperti manusia, bisa joget, bisa naik sepeda, bisa pergu kepasar, bisa caper dengan cooper, sering blusukan. Bahkan pandai Tenggadahkan Tangan pada Penguasa Asing memohon uang dan hutang asing. Serta pandai bacakan tahlil di sebelah makam suci. Tapi tetap saja, itu hanya sebuah topeng yang dikenakan oleh Monyet. Dan sepandai apapun seoker monyet berperan sebagai manusia, dia tetap saja Binatang!

Akhirnya, saya harus menutup tulisan ini dengan beberapa dua perbandingan nilai yang tidak manusiawi: bahwa sesungguhnya, binatang itu sudah sejak dari takdirnya bersifat jalang. Karenanya mereka tidak punya Agama yang jadi aturan (hukum) untuk mereka ikuti dan terima sebagai pedoman hidup. Sedangkan di sisi lain, setan itu tidak mau di atur oleh hukum Agama. Maka ada dalil yang mengatakan, "Orang yang memakan (mengambil) harta Riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (terkena) penyakit gila".

Maka buat saya, seorang ulama yang bersedia jadi Ban serep penguasa yang gagal memenuhi janji-janjinya, Untuk kembali berkonsevtasi dalam bursa politik. Adalah seorang ulama yang memilih untuk menjadi mantan ulama. Ia sudah jadi politisi, bukan ahli Agama. Meski itu berarti merosot drajatnya, namun itu adalah pilihannya untuk berjuang di jalan yang sama tapi tidak identik berkaitan dengan keulamaannya.

GEMPITA 2018: Universitas Trunojoyo Madura.

Assalamu'allaikum wr.wb





📣📣 UKMF SMART Proudly Present 📣📣
                    *GEMPITA 2018*
          Universitas Trunojoyo Madura.

Selamat pagi, siang, sore dan malam.
 Ada info menarik nih !!!
Yukkk guys datang dan ramaikan serta turut berpartisipasi dalam rangkaian acara Bedah Buku *" Literasi Sampai Mati "* Karya Nurani Soyomukti tokoh penulis inspiratif  sekaligus aktivis asal Trenggalek .
 Wahh menarik banget kan guys _*Sebagai Jalan Progresif Membaca dan Menulis Demokrasi Partisipatoris*_  😍

Buruan!!!
*Save the date :*
*📆 : Minggu, 07 Oktober 2018*
*🕗 : 08.00 WIB*
*🏢 : Rektorat lt. 10*

Kabar baik juga buat kalian karena kalian bisa menambah koleksi buku. Dapatkan buku "Literasi Sampai Mati" dan buku-buku lainya karya Nurani Soyomukti *(dengan stok terbatas* )

Bagi kalian yang ingin bergabung silahkan kami juga buka stand lohh di *Taman depan RKBC* yukk guys karena sangat terbatas !!!

*Fasilitas*
1. _Sertifikat_
2. _Snack_
3. _Stiker_
4. _Doorprize_

Contact Person :
🧕🏻 : 082232661637 (Warti)
👳🏻‍♀ : 081776842551 (Sandi)
H
Jangan sampai terlewatkan !!!
 NB. *Dibuka Untuk Umum.*

#UKMFSMART
#2018
#LiterasiSampaiMati
#BedahBuku
#Gempita
#Bersatukitaberkarya